Page 7 - BALANG KESIMBAR_OK
P. 7
Pagi menyapa dengan senyum mentari yang samar. Pucuk-
pucuk daun basah oleh embun tadi malam. Burung-burung mulai
bernyanyi menandakan mereka sudah siap untuk terbang mencari
makan. Salah satunya hinggap di sebuah gubuk tua dan kecil. Gubuk
itu ditinggali oleh perempuan setengah baya bersama anaknya yang
masih berusia belasan tahun. Perempuan itu bernama Minanti dan
anaknya bernama Balang Kesimbar.
Minanti telah lama hidup sendiri, yakni sejak suaminya
meninggal dua tahun lalu. Mereka tinggal di desa tepi hutan. Mereka
hidup serba kekurangan. Setiap hari Minanti pergi mencari kayu
untuk dijual ke pasar. Pasar di desa itu cukup ramai karena tidak
jauh dari pusat kerajaan. Pasar ini menjadi lebih ramai pada hari
yang khusus untuk menjual binatang ternak. Tepatnya setiap hari
Sabtu.
Selain menjual kayu bakar, ibu Balang
Kesimbar juga sering menjadi buruh tani
pada penduduk desa yang memiliki sawah.
Setelah bekerja, biasanya dia akan diberi
upah oleh pemilik sawah. Dari pekerjaan
inilah mereka bisa menyambung hidup.
Balang Kesimbar juga selalu menemani ibunya. Balang Kesimbar
tidak seperti anak kebanyakan. Ia selalu berusaha menjadi anak yang
baik. Setiap saat ia membantu ibunya bekerja. Ia juga sering
membantu teman-temannya. Ia membantu siapa saja yang
membutuhkan bantuan tanpa pamrih. Inilah sifat dan kebiasaan yang
selalu ditanamkan ayahnya sewaktu masih hidup.
Teruslah berusaha
menjadi orang baik.
Berbuat baiklah
kepada siapa saja.
2